Konsep Penggunaan sumber daya energi kita (Indonesia) selama ini adalah sumber energi digunakan langsung untuk memperoleh pendapatan negara tanpa memperhatikan prinsip sustainability. Ini berakibat pada penggunaan sumber daya energi belum sepenuhnya ditujukan untuk memperoleh nilai tambah ekonomi yang tinggi. Selain itu juga ada beberapa permasalahan dalam pengelolaan sumber daya energi diantaranya :
- Sebagian besar sumberdaya energi (SDE) diekspor
- Laju kegiatan eksploitasi SDE cukup tinggi
- Sebagian besar terikat kontrak jangka panjang
- Kebijakan investasi hanya berorientasi untuk kegiatan eksploitasi
- Ketergantungan pada jenis sumber energi tertentu
- Lambatnya program diversifikasi energi
Akibatnya adalah lemahnya ketahanan energi nasional. Salah satu indikasi keadaan tersebut adalah intensitas energi yang tinggi seperti terlihat pada grafik diatas.Intensitas energi adalah energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan gross domestic product (GDP) atau produk domestik bruto sebesar 1 juta dollar AS. Intensitas energi merupakan salah satu alat ukur dari efisiensi energi yang mengacu pada keadaan ekonomi nasional. Intensitas Energi tinggi artinya harga energi relatif tinggi dibandingkan dengan jumlah GDP. Intensitas Energi rendah artinya harga energy relatif murah dibandingkan dengan jumlah GDP. Pada grafik terlihat bahwa intensitas atau penggunaan energi nasional
Namun, disisi lain, konsumsi energi per kapita Indonesia masih sangat rendah dibanding negara-negara seperti Jepang, Uni Eropa, Amerika Serikat, Jerman, Malaysia dan Thailand, konsumsi energi perkapita Indonesia menempati urutan terendah. rendahnya konsumsi perkapita ditunjang dengan data rasio elektrifikasi di
"PEMAKAIAN ENERGI PER KAPITA
Beberapa hal yang sedang dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi masalah diatas, diantaranya adalah
- Mengurangi ketergantungan BBM.
- Meningkatkan penggunaan energi terbarukan sebagai energi alternatif
- Efisiensi penggunaan energi.
Namun pengembangan energi alternatif di
1. Masih tingginya biaya investasi energi terbarukan dibanding energi konvensional.
2. Kurangnya mekanisme insentif dan pembiayaan.
3. Kurangnya dukungan kebijakan.
4. Rendahnya kemampuan industri dalam negeri.
5. Subsidi BBM yang berkepanjangan.
Semoga program-program tersebut dapat segera dilaksanakan dan kendala-kendalanya segera dapat diatasi. Dengan bersama dan bersatu tentunya.
Sumber:
Direktorat jenderal listrik dan pemanfaatan energi,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar